Senin, 14 Mei 2012

Galau Edisi Lanjutan : Sepusing Ini Menemukan Masa Depan


Kali ini gue lagi nggak mau bahas Move On yang selalu gatot hasilnya. Ada yang lebih penting! Seribu kali lebih penting dari cuci piring habis makan.
Karena…
**
Karena bahkan saya tidak pernah mengerti.
Semua orang selalu memiliki jalan setapaknya untuk menuju masa depan mereka masing-masing. Ada yang berliku dan ada juga yang terjal.
Mereka kadang berhenti di persimpangan. Berusaha memilih, berusaha menemukan dari pencarian mereka. Menentukan. Kadang butuh waktu yang singkat, kadang juga memakan waktu lama. Karena satu langkah bisa saja merubah segalanya.
Diam-diam saya sering kali mengamati mereka yang berdiam begitu lama di persimpangan itu. Mata mereka terpejam dengan hikmad. Merasakan apa yang ada di dasar hati mereka.
Dalam diam itu juga, mereka menumukan diri mereka yang sebenarnya.
**
Beberapa mengeluh.
Mengeluh dengna persimpangan yang terlalu banyak dalam hidup mereka. Dan saya tidak mengerti kenapa mereka harus melakukan hal sia-sia seperti itu.
Mereka tidak melakukan apa-apa di persimpangan itu. Hanya berdiri tegak, tidak menatapi jalan mereka, tidak juga berusaha. Ah, mungkin juga menggerutu.
Mereka tidak pernah bertanya, tidak juga terpejam.
**
Dan yang terjadi dengan saya adalah,
Saya tidak menemukan persimpangan itu.
Dan saya juga tidak menemukan lanjutan dari jalan di tempat saya berdiri sekarang ini. Tidak menemukan batu, tidak menemukan debu, tidak juga menemukan asa.
Seakan saya ada dalam kotak hitam yang gelap, pengap, dan hampa. Membuat saya hanya mampu meraba-raba apa yang ada di bawah kaki saya. Apakah itu tanah, atau api, atau justru jurang. Hanya mampu menebak-nebak dalam kebutaan asa.
Saya berusaha untuk terpejam, mencari dalam diam dan keheningan yang senyap. Dan saya sadar, saya adalah jiwa yang kosong.
Selama ini saya tidak pernah berjalan dengan mata, tidak dengan hati, tidak juga dengan jiwa. Saya sekedar melangkah dalam jalan setapak yang tidak pernah ada. Jalan yang hanya rekaan dalam pikiran.
Berusaha meraba dinding, atau tali, atau udara. Meraba-raba dalam kebisuan. Mencari pijakan, mencari pegangan.
Dan nyatanya tidak pernah ada.
**
Hingga akhirnya saya hanya mampu berdiri, yang bukan di atas tanah, bukan juga api. Berdiri di tengah gulita. Dalam gelap yang seakan tidak pernah padam.
Kosong.
Dan saya mengerti yang terjadi, saya tidak mengerti.
Mengerti jalan kehidupan yang harusnya dititi tiap orang. Memasang puzzle, merapikan tujuan, menyiapkan layar dan membangun pelabuhan.
[ ]
Hal yang paling mengerikan dalam hidup ini
adalah tidak mengerti
apa jalan hidupmu sendiri

1 komentar:

Tinggal jejakmu di bawah jejak kecilku. Silakan menggunakan Name/URL atau Anonymous :)