Jumat, 22 Maret 2013

Kesendirian Adalah Candu


Bagi sebagian orang candu adalah ganja, rokok, atau kopi bisa juga cinta, dan mungkin seorang perempuan bagi laki-laki.
Untuk saya candu mungkin kopi hitam di pagi hari, dengan koneksi internet super lancar. Atau yang lainnya adalah gerimis sebelum dan setelah hujan besar di sekolah.
Tapi candu terdahsyat bagi saya adalah :
Sendiri.
Karena bagaimanapun saya, saya selalu mencari kesendirian itu.
Di angkot, saya berusaha untuk bergulat dengan pikiran saya.
Di komputer, saya selalu benci chat room. Berisik.
Di lapangan, saya hanya memilih layangan dan memainkannya dengan angin.
Di kamar, guling saya peluk erat, untuk meredam debad di luar.
Di kelas bahkan, saya lebih memilih tengkurap dari pada ngobrol dengan teman.
Bahkan,
Ketika teman saya lebih memilih bermain becek saat hujan deras menguyur tengah hari di sekolah, saya akan duduk di kursi panjang. Lagi-lagi di depan lab. Multimedia.
Dengan sebuah novel bagus. Juga dengan kesendirian yang selalu saya ciptakan.
Karena saya hanyalah pecandu kesendirian.

Ingat, kamu datang dan duduk di sampingku,
mengatakan, “Di dalem berisik ya?”


Sabtu, 02 Maret 2013

Katanya, teman.

Kehidupan kadang memang terasa begitu ‘anjing’ dan penuh dengan tai-tai menjijikkan. Aku kadang harus berkotor-kotor dan kadang mungkin akan dibiarkan mati sampai membusuk.
Kadang harus berlari di selokan panjang. Sunyi dan sendiri. Mengolah air limbah yang bercampur tai-tai tadi. Mengusap air mata dan di basuh air butek, entah dari campuran apa. Mungkin sisa air ikan dari pasar, atau air kencing yang bercampur bau parfum orang-orang kelas tinggi.
Aku kadang membiarkan orang-orang yang memaksa naik ke dunia atas. Membujuk dan tersenyum begitu menawan. Berusaha menarikku, agar tidak sendiri di dunia terpuruk dalam selokan.
Persetan.
Tangan-tangan itu menjulur, dan kadang aku berusaha meraih. Tapi apa?!
Bangsat kalian semua!
Aku berusaha menarik satu diantara sekian tangan yang ada. Meraih jari-jemarinya perlahan. Berusaha membersihkan diri dari kotoran dan aroma busuk.
Ketika tangan kotorku menyentuh jari-jari kalian. Tiba-tiba tangan super bersih itu tertarik ke atas sendiri! Sekali lagi menghempaskanku. Kenapa? Ada apa?!
Kalian merasa jijik setelah mengenalku? Setelah menyentuh jemariku yang berlumur kotoran?
Setaaaaaan!
Aku terjatuh entah untuk ke berapa. Aku terhempas lebih keras di atas tumpukkan tai manusia –entah manusia yang mana. Lebih hina lagi dan terjatuh makin dalam.
Sial.
Sialan.
Sialaaaan kaliaaan!


Didedikasikan untuk (seorang) teman saya,
Yang mengkhianati kepercayaan yang sudah saya buat.