Senin, 26 September 2011

No Title (Cause I don't Understand)

Bodoh, kenapa harus lagu itu yang menyusup ke pendengaranku. Menyelinap dan memberikan rasa ngilu dan tertohok yang terlalu dalam?
Persetan!
Aku menundukkan kepalaku di atas meja. Berusaha untuk tidak mendengar nada-nada yang masih terus berputar di dalam ruangan itu.
Tidak ingin… mendengar.


**
Aku hanya berdiri di sisi yang sama. Masih seperti kala itu, kala di mana aku mulai menyadari ada sesuatu yang berubah.
Antara aku.
Dan kau.
Entahlah, aku tidak perduli dengan apa yang aku rasakan. Aku hanya ingin hidup seperti air yang mengalir. Dari tempat yang tinggi, ke tempat yang rendah.
Dengan tenang mengikuti liku jalur, ke kanan, kiri, berputar, dan… akhirnya terhenti. Ada satu tanjakan, dan air tidak bisa menanjak.
Aku sadar, mungkin ini saatnya aku berhenti mengagumimu.

**
Aku masih ingat, pertama kali kita bertemu di ujung pandang ruang kelas ini. Di sisi yang bersebrangan. Kita hanya terpisahkan oleh sekat udara.
Namun nyatanya, sekat udara itu tidak sedekat yang aku bayangkan.
Kau terlalu jauh, dan aku tidak pernah bisa menunjukkan secarcik rasa yang aku punya. Meski hanya secuil dari luasnya perasaanku.

**
Sejujrunya kau tidak pernah sadar bahwa kita kembali bertemu. Dalam ujung-ujung ruang yang sama. Dalam sisi-sisi yang sama. Juga dalam sebuah barisan yang sama.
Aku terlalu senang saat itu. Sampai-sampai aku terbuai oleh waktu. Yang justru tanpa aku sadari sudah habis.
Dan tidak lagi bisa di ulang.

**
Andai hidupku bagai DVD yang bisa di putar ulang.
Aku akan me-reply semua kejadian yang terjalin erat dalam ingataku. Denganmu. Saat kau tertawa, saat kita tertawa. Saat aku tersenyum dan kau mengejekku. Saat aku menangis, yang justru kau terdiam.
Aku rindu segala sesuatu yang terjadi bersamamu. Meski hanya sebatas saling berpandangan tanpa berkata.
Karena bahkan, kata tidak akan bisa mewaliki semua yang aku rasakan.

**
Aku ingin bertanya, nanti saat ini memang benar-benar saat terakhir pertemuan kita.
Apa kau sadar?
Kala mataku terus tertuju pada gerikmu.
Kala aku terus memandang punggungmu yang semakin pudar.
Begitu juga, saat aku mengagumi senyummu dari kejauhan.
Jawab aku, dengan jujur, dengan tawa mengejekmu, dengan sebuah ketenangan yang selalu kau ciptakan, sekali pun kau tidak menyadarinya.

**
Percaya?
Hampir dua tahun belakangan aku tidka pernah tidur saat hari ulang tahunmu? Saat aku menyalakan alarm tepat pukul 00.01, dimana –aku yakin kau tertidur tanpa peduli ulang tahunmu sendiri- aku terjaga dan berharap.
Tuhan selalu memberikan yang terbaik untukmu.
Di temani dingin malam juga gelap yang tanpa ampun.
Di iringi senandung angin yang tidak menyusup dan menghantarkan do’aku.

**
Good luck
Hanya dua patah kata itu yang keluar di mulutku saat kita berpapasan di ruang ujian. Tidak lebih dari dua kata sederhana berbahasa asing itu.
Itu bukan hanya kata.
Kata tanpa makna yang terlalu sederhana.
Akan kuberi tahu, kepadamu. Bahwa itu, adalah kata sederhana, dimana memang ada do’a untuk keberhasilanmu.
Dan ternyata, kau membalas dengan kata-kat ayang tidak jauh lebih sederhana. Entahlah, aku tidka berpikir maknanya.
Apakah hanya sekedar kata formalitas.
Atau… hanya angin lalu.
Yang jelas, aku tidak peduli. Karena katamu, sudah membuatku terbang ke tempat terindah. Di dasar mimpiku.

You too

**
 Sial!
Suara itu masih menyusup dan semakin kuat di telingaku. Nada-nadanya membuatku mual, liriknya semakin menjatuhkanku di nyata yang berusaha kututupi.
Kenapa harus?
Aku tidak pernah sedikit pun untuk berhenti mengagumimu dengan perasaanku ini. Tapi… kenapa?!
Harus ada kata move on setelah dua tahun berlalu begitu saja? Setelah aku sudah tterpaten di dasar mimpi-mimpi yang aku rajut atas dasar dirimu?
Entah.. lagu itu terlalu mengusik semua pertahananku.
Karena… sudah ada dua jalur. Atau bahkan hanya satu jalur.
Apakah aku harus terus melanjutkan jalan itu tanpa harus berhenti karena masa lalu denganmu.
Atau…
Ada dua jalur di sana, melupakan masa lalu, lantas berjalan ke depan.
Sedangkan jalur yang satu lagi.
Terus berjalan ke depan, meski menoleh terus ke belakang.
Aku belum mmutuskan apapun. Karena diam-diam aku maish berharap, air itu bisa menanjak, dan membuatku bahagia.
Saat aku sadar, lagu itu sudah hampir habis.
Bodohnya diriku selalu menunggumu
Yang tak pernah untuk bisa mencintai aku
Oh Tuhan tolonglah beri aku cara
Untuk dapat melupakan dia dan cintanya
***


Minggu, 18 September 2011

Penggalan Masa Yang Tertinggal

Tak ada yang perlu dijabarkan tentang sebuah perasaan. Perasaan? Setiap orang pasti memilikinya. Aku juga begitu. Ini hanya perasaan sederhana yang begitu indah. Istimewa karena kesederhanaannya.
Lantas, ini sebuah cerita tentang sebuah perjalanan kecil di akhir masa putih-biru. Di bawah naungan sebuah gedung dengan sebutan ‘sekolah’. Tanpa ada ruang lingkup yang lebih besar. Hanya... seperi itu...

**
Entah karena keberuntungan atau memang takdir. Aku juga tidak tahu, hari itu, detik itu, aku mengecap sesuatu baru. Hal yang tak pernah aku rasakan sebelumnya. Lantas, apakah hanya sebatas ini? Atau...

**
“Jahra!” seru seseorang.
“Kenapa?” Zahra pun langsung menghampiri anak tadi. Aku? Jangan ditanyakan. Sudah pasti mengekori kemana temanku yang satu itu pergi.
Percakapan singkat terjadi diantara keduanya, serius? Tidak sama sekali. Yang ada mereka justru membicarakan salah seorang guru kami lengkap dengan gaya mengajarnya. “Iye... nanti gue titipin salam sama Pak Anto!”
Aku menatapi ketiga orang itu. Terpaku pada keduanya. Ada yang menarik diantara kedua orang –yang satu sedang mengobrol dengan Zahra. Garis wajah itu begitu... stop! Kenapa aku jadi berdebar seperti ini?
“Oke deh! Balik dulu gue!” pamit Zahra yang langsung menarik tanganku menuju kelas.
Aku menyenggol perutnya pelan, “Kenapa?”
“Hah? Itu... pada mau ngumpul,” sahutnya singkat.
“Eh... itu temen lo kelas 7?” tanyaku lagi. Entahlah, hanya sebatas... penasaran?
“Enggak kok. Yang manggil gue doang. Kalo yang temen-temenya itu sih nggak kenal gue. Kenapa emang...? Ada yang lo taksir? Ecie…
Aku memutar mataku kesal. Anak ini... “Tau akh! Bodo...”

**
Ini hariku, dimana sejuta bunga datang dalam mimpi fanaku

Hari kenaikan kelas?
Ini bukanlah hari yang istimewa untuk anak-anak yang bukan merupakan anak OSIS. Toh pada akhirnya kami akan tetap melakukan KBM sampai pukul 2, seperti biasa. Membosankan.
Tapi aku rasa, kali ini akan benar-benar sangat-sangat berbeda. Percaya atau tidak. Aku. Akan. Sekelas. Dengan. Pemuda. Itu.
“Kenapa lo? Pagi-pagi udah jadi patung selamat datang?” ledek Rio dari belakang. Ya ampun! Sampai kapan aku harus terus sekelas dengan orang gila ini?
“Tuh kan... udah siap meledak lagi... ckck...” dengan gaya yang sok dramatis Rio bergeleng pelan. “Sekali-kali jadi cewek yang feminim sedikit bisa?”
Aku langusng saja menatapnya tajam, “Jadi cowok diem bisa?”
“Kalo ditanya jangan balik nanya. Tau?”
“Emang ada aturannya?” ujarku membalikkan.
Dengan wajah yang dibuat ‘masa bodo amat’ pemuda itu langsung saja duduk di kursi. “Eh, lo duduk di belakang gue yak? Haha...”
Aku segera saja berjalan kekursiku dan menyambar tas. Bermaksud ingin pindah tempat duduk. Dimana saja. Asal jangan di dekat Rio. “Yeeh...” aku mengerucutkan bibirku.
Sudah tidak ada lagi kursi kosong di dalam kelas ini. Payah.
“Udah, takdir lo emang di sini. Udah duduk sana.”

**
Gabriel Stevent.
Dua kata saja? Namaku juga cuma terdiri dari dua kata. Tapi ada yang magis dalam kedua kata itu. Kalian mau tahu apa artinya? Tanya saja sendiri dengan kedua orang tuanya.
“Ngeliatin siapa sih?” lagi-lagi. Seribu lagi. Kenapa harus pemuda ini sih? Ya Tuhan... salah apakah hambamu ini?
“Oh, Gabriel. Lo suka?”
Hah? Apa? Suka? Apa iya?
Tuh kan... gue bilangan yak?” Belum juga aku menolak, suara Rio sudah terdengar di seluruh penjuru kelas, “Gabriel ada yang suka sama lo. Namanya...”
Sebelum potongan kalimat itu meluncur dengan cepat dan menimbulkan hal-hal menyebalkan berbau ledekkan, segera saja kuinjak kakinya. “AUW! SAKIT!” jeritanya.
“Makanya jangan ngomong yang aneh-aneh. Gue cubit lo nanti.” Ancamku.
Rio mengerutkan kedua alisnya dan berbisik, “Tuh berarti lo beneran suka sama Gabriel.”
Sekali lagi, dengan mulut terkatup, aku injak kakinya dan kucubit lengannya dengan kuku-kuku. “Eh? Sakit ya?” tanyaku saat ia mulai mengaduh. “Sorry. Nggak. Sengaja!”

**
Terhanyut dalam mimpi, memeluk angin dalam nyataku

Aku menguap pelan dan kembali kepada bukuku. Pada pelajaran kali ini –tepatnya pelajaran fisika- aku sama sekali tidak memperhatikan guruku yang sedang berceloteh ria tentang hukum bejana berhubungan.
“Lo mau sampai kapan diem aja?”
Sontak, aku mengangkat wajahku dan mendapatkannya sedang duduk dengan buku dihadapannya. Sesekali tanggannya bergerak menyusuri buku itu dan bergumam sendiri.
Lo ngapain di sini?” tanyaku sedikit canggung. Jujur saja, meski pun kami sekelas, aku belum pernah berbicara secara ehm... apa ya? Mengobrol santai mungkin.
“Lo nggak ngedengerin tadi di suruh kerja kelompok?”
Ah. Dia selalu saja seperti itu. Berbicara tanpa menatap orang yang mengajukan pertanyaan. “Emang iya?”
Benar saja, aku sekelompok dengannya karena pemilihan dari guru. Ternyata guru fisikaku berpihak padaku. Haha,
“Jangan pernah ngebalikin pertanyaan kalo belum di jawab.”
“Lo sama aja sama Rio.” Cetusku yang lalu menarik buku IPA dengan malas.
Keheningan terjadi begitu saja. Kami sama-sama sibuk dengan tulisan dan lambang-lambang memusingkan ini. Lebih baik belajar Biologi dari pada belajar Fisika. Ah. Atau lebih baik belajar Bahasa? Yang penting jangan ada garis yang memusingkan.
“Eh, menurut lo, nanti Bu Rai masuk nggak ya? Gue males banget nih belajar sejarah...”
Dia curhat? Atau lagi bergumam dengan tembok? Aduh... habis matanya terus meantap buku sih.
Heh... kumat lagi lo?” Oh, dia berbicara denganku ternyata.
Aku membalik sekilas lembaran itu, “Gue kira ngomong sama tembok, tanpa frekuensi gitu.”
Dia melengos dan berdecak pelan. Apa aku tidak salah lihat? Gabriel...

**
Manusia akan menua, tempat bisa berubah, kita bisa melupakan. Karena itulah kamera digunakan, untuk merekam hal-hal yang tidak dapat diingat manusia dengan sempurna.
Jika itu yang dikatan Winna Efendi dalam Refrain. Maka aku akan menyetujuinya. Karena sekarang –setelah sekian tahun terlewatkan- tempat-tempat ini sudah berubah. Perlahan-lahan.
Aku membuka pintu kayu itu pelan. Deritan kecil pun terdengar. Ini... tempat itu? Ruang kelasku dulu?
Aku meduduki sebuah kursi di sana. Tepat di depan meja guru. Memutar dan menatapi setiap inci ruangan ini. Warna temboknya sudah berubah, tidak lagi putih seperti dulu. Letak lemari sudah tidak di belakang kelas. Meja guru sudah bergeser. Sekarang sudah ada LCD yang bergelantung di depan kelas. Tidak seperti dulu yang masih menggunakan OHP.
Apakah... rasaku juga sudah berubah?

**
Tak perlu ada yang tahu. Karena ini adalah duniaku.

“Jadian nggak ngasih tahu. Oke fine, thank you.” Ujarku sambil bersedekap tidak jelas di depan Zahra dan Alvin.
“Ah, lo apaan sih, nggak jelas gitu bahasa.” Ujar Alvin yang langsung menyerobot ucapannku.
Tanpa perintah lagi aku langsung duduk dihadapan kedua makhluk itu. Menyodorkan kedua bilah tanganku dengan bibir yang mengerucut beberapa centi. “PJ.”
Peje-peje ae. Apa tuh? Lo tuh sekali-kali ngasih PJ.” Protes Zahra.
“Tau lo, kapan kita dapet PJ? Nggak pernah jadian lo. Lo mulu yang minta PJ sama gue. Apaan tuh?” aduh, si Alvin ini. Protesnya berlebihan. Lagi pula, siapa suruh dalam setahun jadian dalam jangka waktu cepat dan move on dalam watu satu hari?
“Lah... elo jadian terus sih, Vin.”
“Emang lo nggak ada cowok yang lo taksir gitu?
Ini lagi si Zahra. Kenapa harus pertanyaan seperti itu. Tidak adakah pertanyaan yang menyangkut tentang hati? Harus ya?
Mungkin karena terdiam terlalu lama, Alvin berkata spontan. “Lo suka Rio ya?”
“Bukan kok.” Jangan katakan jika nada bicaraku sekarang melemah dan hilang.
“Boong banget sih?” kali ini suara Zahra, “Lo kan emang deket sama dia.”
Telunjukkku memutari bingkai kotak jam tanganku, membiarkan satu putaran menghabiskan satu detik. Membiarkan watu itu terbuang percuma. “Bukan. Yaudah kalo nggak percaya.”

**
Berdiam. Bercerita kepada angin. Dan membiarkanya menyampaikan kepada sang matahari, bahwa aku lelah untuk menanti.

Kapal berlayar tanpa angin
Bunga-bunga mekar tanpa kupu-kupu
Cahaya datang tanpa merambat

Aku... bukan mereka yang bisa sempurna dengan sendirinya
Aku adalah aku yang ingin menjadi sempurna denganmu

“Ini... puisi buat siapa?” suara Rio langsung saja menyusup cepat di telingaku. Membuatku secara reflek merebut kertas itu. “Buat Gabriel ya...”
Aku melumatnya menjadi gumpalan kertas tanpa arti dan memasukkannya ke dalam tas. “Bukan urusan lo. Udah sana.”
Aku mendesah pelan. Membiakran partikel udara masuk dan keluar lagi. “Iya. Emang buat Gabriel.” Gumamku pelan. Berharap angin-angin menghantarkan gelombang itu. Tapi naas, jarak antara aku dan Gabriel terlalu jauh.

**
Tap... Tap... Tap...
Di lorong terujung di Unit 1. Tanpa ada yang tahu, Gabriel berjalan menuju ruang kelasnya dulu. Sendirian. Tanpa mengubris pensi yang sedang di gelar almamaternya ini.
Setibanya di lantai dua, ia mendorong pelan pintu kelas yang terletak di sebelah tangga. Baru saja ia membuka pintu itu. Di sana, di barisan terujung. Gadis itu... Shilla.
“Hey.”

**
Ritme itu memusingkan. Aku tidak mengerti akan hal itu. Tapi yang aku tahu, kau menikmati setiap alunannya.

Dum... tag... ting... dum.. dum...
Pensi. Kali ini diakan di akhir semester satu. Satu hari menjelang pengambilan nilai oleh orang tua murid. Hampir semua ekstrakulikuler di sekolahku mengisi acara ini. Termasuk ekstra yang baru berdiri dua tahun lalu itu. Perkusi.
Perkusi, sebuah grup yang memainkan music dari barang-barang bekas. Galon, botol kaca, tam-tam, sendok atau tong-tong besar. Ekstra ini benar-benar melejit sejak pertama kali didirikan.
Gabriel menunduh sopan. Sepertinya ia menjadi komandan dalam grup itu. Dia memukul drumnya dua kali dan hentakkan ketiga mereka semua sudah bermain. Entahlah, aku tidak mengerti dimana letak keharmonisannya. Padahal, nada itu bersaut-sautan satu sama lain dan hentakannya pun terlalu... yah... seperti itu.
Aku mengarahkan kamera digital ini (tolong dicacat, ini bukan masa dimana sudah ada SLR dkk) membidikkannya tepat pada gabriel.
“Eh, lo nggak ansambel?”
Aku memutar badanku dan mendapati Rio di sana, dengan gitar dan baju hitam berdasi putih –sama sepertiku. “Lo aja belum ke atas...”
Dia hanya tersenyum mengejek, “Yaudah ayok!”
“Aah. Nanggung ini... perkusi,” rengekku saat pergelangan tanganku ditarik sekilas olehnya.
“Pasti Gabriel ya... hayo...”
“Tangannya biasa bisa mas?” ujarku menampik telunjuk yang ia goyangkan di depan mataku. “Udah ayo!”
Aku menapaki setiap tangga. Membiarkan gelombang itu memasuki telingaku. Membiarkannya tertinggal lagi dibelakang. Lantas... apa yang akan terjadi?

**
Berjalan dalam waktu, menghilang dalam masa itu. Aku... merindukanmu.

“Yang nggak masuk siapa?” begitulah kira-kira kalimat yang harus aku ucapkan setiap bel jam pertama berbunyi.
“Gabriel... sama... udah deng.” Seru sebuah suara.
Aku menulis namanya di papan absent dan bergumam, “emang ada ya di kelas kita yang namanya udah deng?”
“Nggak update sih lo. Makanya upgrade ke windows 7, mozilla 4.1, pake avir, kalo kurang juga pake google chroome, biar updatenya cepet.”
“Nyeh. Bodo ah.”
Aku segera berjalan menuju kursiku. Barisan pojok dekat pintu, nomor keempat dari depan. Terlalu belakang? Yah... inilah manusia yang selalu terlambat sehingga tidak mendapatkan kursi stategis di awal semester.
Gabriel. Kemana ya pemuda itu?

Dari tengah, aku menarik garis itu kesamping, lalu kebawah, melengkung di bagian bawahnya dan naik sedikit, membuat lagi lengkungan lain di atas. Begitu juga huruf-huruf berikutnya. Aku buat dengan lambat.
Kemana gabriel? Ini sudah hari ke tiga ia tidak masuk sekolah. Pasti besok seksi kekeluargaan menjenguk.

Betul saja. Zahra sudah bersiap untuk menjenguk Gabriel. Untung saja jabatan itu diisi oleh Zahra, setidaknya aku memiliki suatu alasan untuk melihat keadaannya. Iya kan?

**
Pergi dan menjauh. Hilang dan tertelan. Inilah ujung pertemuan.

Beginilah nasib anak yang menggunakan tangan kidal bermain gitar apalagi saat pementasan. Aku harus bersedia di tempatkan di bagian terluar dan terbelakang. Guna mempernyaman pemain lagian –agar leher gitarku tidak beradu dengan leher gitar orang lain.
Aku mulai memetiknya satu persatu. Membiarkannya senada dengan suara gitar 1. Ah. Ini benar-benar parah. Suara gitarku lebih rendah dua mol sepertinya. Tuh... terdengar aneh, kan.
Setelah beberapa waktu menyesali kenapa aku tidak memainkan gitarku sebelum pementasan, musik mulai memasuki intro lagu. Sudah, jangan di pikirkan lagi, yang ada nanti aku justru tertinggal lebih jauh. Dan... “Udah... Cuma satu mol ini...” celetuk Rio.
Satu mol? Dua mol ah. “Nggak beda-beda banget.” Lanjutnya lagi, “Mending lo liat ke kiri noh, Gabriel lagi mau foto.”

Baru saja aku turun panggung, Zahra sudah menghampiriku dengan selembar kertas absent. Pensi seperti ini masih harus mengurusi tugas kelas?
“Tadi lo kayaknya dicariin Gabriel deh. Urusan... absent.”
“Emang dia ketua kelasnya?”
“Mana gue tau, tanya aja sana. Eh, dia bilang sekalian bawa gitar! Dia mau pinjem buat tampil!” seru Zahra lagi.
Aku langsung menyambar tas gitar dan berlari menuju kelasku yang ada di unit 1. Aku rasa dia sekarang ada di kelas.
“Oke deh, dari pada gue banyak ngomong nih, mending sekarang kita dengerin aja nih, ada yang mau nyanyi dari anak kelas 9-3.”
Ah. Masa bodo siapalah yang mau benryanyi dari kelasku. Yang penting sekarang adalah Gabriel mencariku.
Cultivate your hunger before you idealize.
Astaga. Itu... suara Gabriel.

**
Aku mengangkat wajahku saat pintu itu terdorong pelan. Menghadirkan sosok yang bahkan tidak aku tahu keberadaannya setelah hari kelulusna itu. “Hey.”
Aku tersenyum kaku. Wajahnya sudah benar-benar berubah. Tidak lagi seperti dulu. Kini kumis tipis tergambar jelas di bawah hidungnya, dia juga sekarang menggunakan kaca tebal. Rambutnya kini lebih panjang dan berantakkan. Tidak lagi rapi seperti dulu.
Ini... memang berubah.
“Lo inget gue kan?”
Aku mengangkat wajahku dan tersenyum, “Gabriel kan?”
Dia tertawa kecil dan langsung duduk di sebrangku, “Inget lo? Hahaha... anak-anak yang ada nggak inget gue lho. Parah kan?”
“Lo... berubah banyak sih.”
“Hah?” dia menatapku sekilas, mata itu... kini benar-benar teduh. “Iya kali ya? Lo juga banyak berubah.”
Aku melengos sekilas, “Apanya yang berubah?”
“Dulu lo seringnya bawa-bawa camera digital, sekarang SLR. Bellum lagi kalo udah hari Kami-Jumat-Sabtu, lo selalu bawa-bawa gitar. Udah kayak pengamen. Paling berisik. Berantem sama Rio, kemana-mana sama Zahra.”
Sebegitu hafal kah dia tentangku? Iya?
“Gue masih bawa gitar kok. Tuh...” aku menunjuk meja guru. “Mau pake?”
“Sini mana....” pemuda itu langsung menyambar dan kmebali lagi duduk di hadapanku.
Baru ia mau membuka mulutnya, aku segera bidikkan SLRku. Dia tersenyum kaget. “Kalo ngefans jangan foto kayak gitu dong.”
Memang... ada yang berubah. Rasa ini tidak lagi seperti dulu. Tidak lagi seindah dulu. Tidak lagi aku harapkan senyum itu. Kini... tidak ada lagi getaran. Hanya ada kekaguman dan kilasan masa lalu itu.
***
Ini kayaknya cerpen pas kelas 8 awal-awal gitu deh. Yang masih ada web yang ICL yang di ning itu deh kayaknya. Wak, nggak di post di sana -____- Bodo aja gue mah.
Itu cuma sekedar nama doang, bener deh. Gue paling nggak bisa bikin nama. tapi... jan di sangkut pautkan dengna hal2 lainnya.
Buat NADIA! kalo mampir di sini wajib comment pokoknya, jan mampir doang

Senin, 12 September 2011

Lembaga Keuangan Bukan Bank

Disebutkan bahwa Lembaga Keuangan Bank memiliki pengertian sebagai badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan, lalu menyalurkan simpanan tersebut kepada masyarakat dengan tujuan meningkatkan taraf hidup masyarakat banyak.
Sedangkan hal yang membedakan antara LKB dan LKBB adalah cara pemungutan dana yang terjadi secara tidak langsung, terutama melalui kertas berharga jangka menengah dan panjang dalam bentuk kredit dan penyertaan.

Jenis-Jenis LKBB
Di Indonesia ada beberapa jenis LKBB seperti pengandaian, lembaga asuransi, lembaga dana pensiun, lembaga pembiayaan, dan koperasi simpan pinjam.Lembaga-lembaga ini diawasi oleh Departemen Keuangan c.q Direktorat Jenderal Lembaga Keuangan.



LEMBAGA ASURANSI
Lembaga Asuransi adalah, perusahaan yang menghimpun dana dengan jaminan uang ganti rugi kepada sebuah badan atau perorangan jika terjadi suatu kecelakaan atau peristiwa terhadap apa yang diasuransikan (di bayarkan).
Asuransi dalam Undang-Undang No.2 thn 1992 tentang usaha peransuransian adalah perjanjian antara dua pihak atau lebih, dengan mana pihak penanggung  mengikat diri kepada tertanggung, dengan menerima premi asuransi, untuk memberikan pengganti kepada tertanggung karena kerugian, kerusakan atau kehilangan keuntungan yang diharapkan atau tanggung jawab hokum pihak ketiga yang mungkin akan diderita tertanggung, yang timbul dari suatu peristiwa yang tidak pasti atau memberikan suaru pembayaran yang di dasarkan atas meninggal atau hidupnya seseorang yang di pertanggungkan.
Istilah dalam asuransi adalah :
§  Penanggung adalah Perusahaan Asuransi Jiwa yang memberikan jasa dalam penanggulanggan risiko yang dikaitkan dengan hidup atau matinya seseorang yang diasuransikan.
§  Tertanggung adalah orang yang membayar sejumlah uang premi kepada penanggung atas seuatu hal yang di asuransikan.
§  Premi asuransi adalah sejumlah uang yang wajib dibayar oleh tertanggung kepada penanggung setiap jangka waktu tertentu, biasanya setiap bulan selama asuransi berlangsung.

1.      Tujuan Asuransi
a)      Memberikan jaminan perlingundan dari risiko-risiko kerugian yang diderita satu pihak.
b)      Meningkatkan efisien, karena tidak perlu secara khusus mengadakan pengamanan dan pengawasan untuk memberikan perlindungan yang memakan banyak tenaga, waktu dan biaya.
c)      Pemerataan biaya, dengan mengeluarkan sejumlah uang tertentu tanpa perlu mengganti kerugian sendiri yang ditimbulkan dengan jumlah yang tidak pasti.
d)     Sebagai tabungan, karena jumlah yang di bayar oleh pihak penanggung lebih besar dari apa yang dibayarkan oleh pihak tertanggung.

2.      Manfaat Asuransi
a)      Memberikan rasa aman dan perlindungan terhadap kejadian-kejadian tidak di harapkan dan bisa mengakibatkan kerugian.
b)      Polis auransi dapat dijadikan jaminan untuk mendapatkan kredit bank, dijadikan sebagai jaminan.
c)      Dengan adanya asuransi, biaya kerugian tersebut dapat dialihkan kepada tertanggung yang bermanfaat bari penanggung.

Menurut Djojosoedarso, Jenis-jenis asuransi dapat dibedakan menjadi berbagai macan segi, yaitu:
3.      Jenis-Jenis Asuransi
a)      Dari segi sifatnya
o   Asuransi social (wajib), emua warga negara (berdasarkan kriteria tertentu) wajib menjadi anggota atau membeli asuransi tersebut. Asuransi ini biasanya diusahakan oleh Pemerintah atau Badan Udaha Milik Negara.
o   Suransi sukarela, tidak diwajibkan kepada masyarakat untuk mengikuti asuransi yang satu ini. Biasanya di selenggarakan oleh pihak swasta (beberapa juga pemerintah).
b)      Dari segi objeknya
o   Asuransi Orang, meliputi asuransi Jiwa, asuransi kecelakaan, asuransi kesehatan, asuransi bea siswa, asuransi hari tua, dll di mana objek tertanggung adalah manusia.
o   Asuransi Umum (asuransi kerugian), yang meliputi, asuransi kebakaran, asuransi kecelakaan kerja, asuransi kendaraan bermotor, dll di mana objek tertanggung adalah hak/harta milik kepeningan seseorang.


LEMBAGA DANA PENSIUN
Lembaga dana pensiun adalah lembaga atau badan hokum yang mengelola program pensiun dengna tujuan untuk memberikan kesejahteraan pada karyawan perusahaan terutama yang sudah pensiun. Salah satu lembaga yang mengelola dana atua barang modal dengan adalah PT Taspen (Tabungan Asuransi dan Pensiun).
Pensiun sendiri adalah hak seseorang untuk memperoleh penghasilan setelah bekerja sekian tahun dan sudah memasuki usia pensiun atau ada sebab sebab lain sesuai dengan perjanjian yang telah ditetapkan
Berdasarkan UU No 11 tahun 1992, di Indonesia mengenal 3 jenis dana pensiun yaitu:
a.       Dana pensiun pemberi kerja, adalah dana pensiun yang dibentuk oleh orang atau badan yang mempekerjakan karyawan, selaku pendiri, untuk menyelenggarakan program pensiun manfaat pasti atau program pensiun iuran pasti, bagi kepentingan sebagian atau seluruh karyawannya sebagai peserta, dan menimbulkan kewajiban terhadap pemberi kerja.
b.      Dana pensiun lembaga keuangan, adalah dana pensiun yang dibentuk oleh bank atau perusahaan asuransi jiwa untuk menyelenggarakan program pensiun iuran pasti, bagi perorangan, baik karyawan maupun pkerja mandiri yang terpisah dari dana pensiun pemberi kerja bagi karyawan bank atai perusahaan asuransi jiwa.
c.       Dana pensiun berdasarkan keuntungan, adalah dana pensiun pemberi kerja yang menyelenggarakan program pensiun iuran pasti, dengan iuran hanya dari pemberi kerja yang didasarkan pada rumus yang dikaitkan dengan keuntungan pemberi kerja.

1.      Tujuan Lembaga Dana Pensiun
Tujuan utama lembaga dana pension adalah menungkatkan kesejahteaan pegawai beserta keluarganya melalui asuransi social yang ditentukan dalam perundang-undangan. Lembaga dana pensiun tersebut berfungsi :
a.      Sebagai tempat untuk mengumpulkan dana masyarakat yang sifatnya jangka panjang
b.     Sebagai tempat untuk memberikan jaminan pensiun bagi anggota pensiun/peserta program

2.      Sumber Dana Pensiun
Dana pensiun diperoleh melalui potongan gaji pegawai setiap bulan selama seseorang masih aktif bekerja, kemudian dibayarkan kembali kepada pegawai tersebut setelah pensiun. Dalam masa tenggang, yaitu masa pemotongan sebagian gaji dengan masa pembayaran saat pegawai/karyawan pensiun, dana yang terkumpul tersebut disalurkan kepada masyarakat dengan cara sebagai berikut.
a.      Dipinjamkan kepada badan-badan yang membutuhkan.
b.      Dibelikan surat-surat berharga yang dikeluarkan oleh lembaga-lembaga pemerintah.

3.      Undang-Undang yang mengatur Lembaga dana pensiun
Pensiun merupakan jaminan pegawai di hari tua dan hal ini diatur dalam Undang-Undang No.8 Tahun 1974.Dana pensiun dihimpun oleh Lembaga Dana Pensiun contohnya PT. Tabungan Asuransi Pensiun (PT Taspen) dan Perum Asabri.Penjelasan mengenai PT. Taspen dan kepengurusannya terdapat dalam PP No.10 Tahun 1963. Ketentuan tentang dana Pensiun dan Pemberi Kerja tertuang dalam Undang-Undang No.11 Tahun 1992 dan Peraturan Pemerintah No.76 Tahun 1992. Pemerintah selalu menghimbau kepada perusahaan-perusahaan untuk mendirikan lembaga sejenis.

4.      Manfaat Dana Pensiun  :
a.       Manfaat pensiun normal, adalah manfaat pensiun bagi peserta yang mulai dibayarkan pada saat peserta pensiun setelah mencapai usia pensiun normal atau sesudahnya.
b.      Manfaat pensiun dipercepat, adalah manfaat pensiun bagi peserta yang dibayarkan bila peserta pensiun pada usia tertentu sebelum usia pensiun normal.
c.       Manfaat pensiun cacat, adalah manfaat pensiun bagi peserta yang dibayarkan bila peserta menjadi cacat.
d.      Manfaat bagi perusahaan, adalah Loyalitas, Kewajiban moral, Kompetisi pasar tenaga kerja
e.       Manfaat bagi karyawan, adalah Rasa aman, Kompensasi yang lebih baik.
Biasanya dana pensiun di berikan oleh pemerintah kepada karyawan negeri yang sudah pensiun. Sedangkan untuk pegawai swasta, biasanya hanya di berikan uang pesangon saat sudah habis masa kerjanya, atau pun saat terjadi kecelakaan yang sudah tidak memungkinkan dirinya berkerja.Besarnya uang pesangon pun tergantung sudah berapa lama dia berkerja di perusahaan tersebut.


PENGANDAIAN
Pegadaian adalah sebuah BUMN di Indonesia yang usaha intinya adalah bidang jasa penyaluran kredit (pinjaman) kepada masyarakat atas dasar hukum gadai.Jajaran direksi Pegadaian saat ini adalah Direktur Utama Suwhono, Direktur Keuangan Budiyanto, Direktur Pengembangan Usaha Wasis Djuhar, Direktur Operasi Moch.Edy Prayitno, dan Direktur Umum dan SDM Sumanto Hadi.
1.      Manfaat Pengandaian
a.        Bagi Nasabah
Prosedur yang relatif lebih sederhana dan dalam waktu yang lebih cepat terutama apabila dibandingkan dengan kredit perbankan. Disamping itu, mengingat jasa-jasa yang ditawarkan perum pegadaian maka manfat lain yang dapat diperoleh nasabah adalah:
o   Penaksiran nilai suatu barang bergerak dari suatu institusi yang telah berpengalaman dan dapat dipercaya.
o   Penitipan suatun barang bergerak pada tempat yang aman dan dapat dipercaya.

b.         Bagi Perum Pegadaian
o   Penghasilan yang bersumber dari sewa modal yang dibayarkan oleh peminjam dana.
o   Penghasilan yang bersumber dari ongkos yang dibayarkan oleh nasabah yang memperoleh jasa tertentu dari perum pegadaian.
o   Pelaksanaan misi perum pegadaian sebagai suatu badan usaha milik negara yang bergerak dalam bidang pembiayaan berupa pemberian bantuan kepada masyarakat yang memerlukan dana dengan prosedur dan cara yang relatif sederhana.

2.      Tugas Pokok
Tugas pokok pegadaian yaitu menyalurkan uang pinjaman atas dasar hukum gadai dan usaha-usaha lain yang berhubungan dengan tujuan pegadaian atas dasar materi.

3.      Tujuan Pokok
Sebagai lembaga keuangan syari’ah non bank milik pemerintah bertujuan untuk menyediakan tempat badan usaha bagi orang-orang yang menginginkan prinsip-prinsip syari’ah bagi masyarakat muslim khususnya dan pada semua lapisan masyarakat non muslim pada umumnya. Disamping itu untuk memenuhi kebutuhan umat akan  jasa gadai yang sesuai syari’ah Islam.


LEMBAGA PEMBIAYAAN
Seringkali dalam kegiatan usaha kita membutuhkan modal.Tentunya modal ini dapat dipinjam dari bank atau lembaga selain bank. Tentunya dengan melakukan peminjaman di lembaga pembiayaan selain bank akan dikenakan bunga yang lebih tinggi.
Berikut ini penjelasan definisi beberapa lembaga-lembaga selain bank yang meliput beberapa bidang, yaitu :
1.      Sewa Guna Usaha (Leasing)
Kata leasing sebenarnya berasal dari kata to lease yang bearti menyewakan.Leasing sebagai suatu jenis kegiatan dapat dikatakan masih baru atau muda dalam kegiatan yang dilakukan di Indonesia, yaitu baru dipakai pada tahun 1974.Di Indonesia sendiri sudah ada beberapa perusahaan leasing yang statusnya sebagai suatu lembaga keuangan non bank.
Fungsi leasing sebenarnya hampir setingkat dengan bank, yaitu sebagai suatu sumber pembiayaan jangka menengah (dari satu tahun sampai lima tahun). Sampai saat ini belum ada Undang-undang khusus yang mengatur tentang leasing.Namun demikian, praktek bisnis leasing telah berkembang dengan cepat, dan untuk mengantisipasi kebutuhan agar secara hukum mempunyai pegangan yang jelas dan pasti.
2.      Modal Ventura (Venture Capital)
Secara resmi lembaga modal ventura baru ada di Indonesia sejak adanya keppres No. 61 Tahun 1988 tentang lembaga pembiayaan, yang diatur lebih lanjut dengan keputusan Menteri Keuangan Nomor 1251/KMK.013/1988 Tentang ketentuan dan tata cara pelaksanaan lembaga pembiayaan. Ketentuan diatas merupakan landasan berpihak yang cukup kuat dan merupakan satu-satunya peraturan pelaksanaan yang ada bagi para pemodal (investor) yang ingin melakukan usaha atau bisnisnya.
Yang dimaksud dengan perusahaan modal ventura (venture capital company) adalah suatu badan usaha yang melakukan kegiatan pembiayaan dalam bentuk penyertaan modal ke dalam suatu perusahaan pasangan usaha (invester company) untuk jangka waktu tertentu.
Sedangkan yang dimaksud dengan perusahaan pasangan usaha (PPU) adalah suatu perusahaan yang memperoleh pembiayaan dalam bentuk penyertaan modal dari perusahaan modal ventura (PMV).
3.      Anjak Piutang (factoring)
Lembaga anjak piutang atau factoring merupakan lembaga pembiayaan yang dalam melakukan usaha pembiayaannya dilakukan dalam bentuk pembelian dan atau pengalihan serta pengurusan piutang atau tagihan jangka pendek suatu perusahaan dari transaksi perdagangan dalam atau luar negeri.Pada jasa factoring terbagi dalam dua bagian yaitu jasa keuangan dan jasa nonkeuangan.
Lembaga anjak piutang yang lebih dikenal dengan dengan sebutan factoring ini merupakan salah satu lembaga pembiayaan yang diperlukan dalam dunia bisnis.Usaha anjak piutang sebenarnya sudah dikenal sejak 2000 tahun yang lalu.Pada saat itu bentuk usaha factoring memang masih sederhana.Pihak factor biasanya bertindak sebagai agenpenjualan yang sekaligus memberi perlindungan kredit.Kegiatan semacam ini dikategorikan sebagai general factoring.
4.      Usaha Kartu Kredit ( Credit Card )
Perusahaan kartu kredit adalah badan usaha yang melakukan usaha pembiayaan untuk membeli barang dan jasa dengan menggunakan kartu kredit.
Kartu kredit atau yang lebih dikenal dengan credit card ini adalah suatu kartu plastic yang hampir sama dengan ukuran KTP, yang diterbitkan oleh issuer (penerbit) dan dipergunakan oleh cardholder  (pemegang kartu) dan berfungsi sebagai alat pengganti pembayaran uang tunai dan pihak penerima adalah kaum usahawan/pedagang (merchant) yang telah ditentukan oleh penerbit.
Di Indonesia banyak sekali perusahaan penerbit kartu kredit seperti : Citibank, HSBC, BCA, Bank Mandiri dan lainnya. Tingkat pertumbuhan pengguna kartu kredit di Indonesia termasuk tinggi. Hal ini tentunya mengkhawatirkan karena kita lebih mau mengutang daripada menabung, tentunya akan berdampak pada rendahnya simpanan (national savings Indonesia).
5.      Pembiayaan Konsumen (consumers finance)
Yang dimaksud dengan lembaga pembiayaan konsumen (consumers finance) adalah suatu lembaga yang dalam melakukan pembiayaan pengadaan barang untuk kebutuhan konsumen dilakukan dengan system pembayaran secara angsuran atau berkala.

Kehadiran lembaga pembiayaan konsumen ini sebenarnya secara informal sudah tumbuh sejak lama sebagai bagian dari aktifitas trading.Namun secara normal baru diakui sejak tahun 1988 melalui SK Menteri Keuangan Nomor 1251/KMK.013/1988 yang secara formal mengangkat kegiatan usaha pembayaran ke permukaan, sebagai bagian resmi sector jasa keuangan.
Lembaga pembiayaan ini berbeda dengan bank, walaupun kedua-duanya merupakan sumber dana yang diperlukan seseorang. Bila pembiayaan konsumen akan melihat barng-barang apa saja yang dibiayai, maka pada kredit bank, pihak bank cukup memandang siapa konsumen yang akan mendapat bantuan dana. Kedua lembaga ini mempunyai kesamaan seperti objeknya sama yaitu barang-barang konsumsi dan mengenakan bunga sebagai biaya.


KOPERASI SIMPAN PINJAM

Pasal 44 Undang-undang Nomor 25 Tahun 1992 dan Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1995 tentang Perkoperasian menyatakan bahwa Koperasi dapat menghimpun dana dan menyalurkannya melalui kegiatan usaha simpan pinjam dari dan untuk anggota dan calon anggota koperasi yang bersangkutan, koperasi lain dan atau anggotanya.
Ketentuan tersebut menjadi dasar dan kekuatan hukum bagi koperasi untuk melaksanakan kegiatan usaha simpan pinjam baik sebagai salah satu atau satu-satunya kegiatan usaha koperasi.
Atas dasar itu maka pelaksanaan kegiatan Simpan Pinjam oleh koperasi tersebut harus diatur secara khusus sesuai dengan ketentuan Undang-undang Perbankan dan Undang-undang Perkoperasian.
Peraturan tersebut dimaksudkan agar di satu pihak tidak bertentangan dengan Undang-undang Perbankan dan di lain pihak untuk mempertegas kedudukan Koperasi Simpan Pinjam pada koperasi yang bersangkutan sebagai koperasi atau Unit Usaha Koperasi yang memiliki ciri bentuk dan sistematis tersendiri.
Kegiatan usaha simpan pinjam ini sangat dibutuhkan oleh para anggota koperasi dan banyak manfaat yang diperolehnya dalam rangka meningkatkan modal usaha para anggotanya. Hal itu terlihat akan kenyataan bahwa koperasi yang sudah berjalan pada umumnya juga melaksanakan usaha simpan pinjam.
Sehubungan dengan hal tersebut dalam Peraturan Pemerintah ini dimuat ketentuan dengan tujuan agar kegiatan simpan pinjam oleh koperasi tersebut dapat berjalan dan berkembang secara jelas, teratur, tangguh dan mandiri.
Di samping itu juga memuat ketentuan untuk mengantisipasi prospek perkembangan di masa depan, di mana faktor permodalan bagi usaha anggota dan usaha koperasi sangat menentukan kelangsungan hidup koperasi dan usaha anggota yang bersangkutan.
Sebagai penghimpun dana masyarakat walaupun dalam lingkup yang terbatas, kegiatan Usaha Simpan Pinjam memiliki karakter khas, yaitu merupakan usaha yang didasarkan pada kepercayaan dan banyak menanggung resiko. Oleh karena itu pengelolaan harus dilakukan secara profesional dan ditangani oleh pengelola yang memiliki keahlian dan kemampuan khusus, dengan dibantu oleh sistem pengawasan internal yang ketat.
Dalam rangka itulah maka di samping koperasi sendiri harus melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap kegiatan usaha simpan pinjam tersebut, Pemerintah juga perlu melakukan pembinaan dan pengawasan melalui Menteri yang membidangi koperasi.Pengawasan dilakukan oleh Menteri untuk menghindarkan terjadinya penyimpangan yang dampaknya sangat merugikan anggota dan hilangnya kepercayaan anggota.
Berdasarkan hal-hal tersebut di atas Peraturan Pemerintah ini disusun agar pelaksanaan kegiatan usaha simpan pinjam oleh koperasi dapat menjamin keberadaan kelancaran dan ketertiban usaha simpan pinjam oleh koperasi.


1.      Tujuan Koperasi
Tujuan utama koperasi adalah mewujudkan masyarakat adil makmur material dan spiritual berdasarkan Pancasila dan Undang – Undang Dasar 1945.
Dalam BAB II Pasal 3 Undang – undang RI No. 25 Tahun 1992, menyatakan bahwa koperasi bertujuan untuk:
“Memajukan kesejahteraan anggota pada khususnya dan masyarakat pada umumnya serta ikut membangun tatanan perekonomian nasional dalam rangka mewujudkan masyarakat yang maju, adil dan makmur berlandaskan Pancasila dan Undang – undang Dasar 1945.”
Menurut Bang Hatta, tujuan koperasi bukanlah mencari laba yang sebesar-besarnya, melainkan melayani kebutuhan bersama dan wadah partisipasi pelaku ekonomi skala kecil.

2.      Fungsi Koperasi
Selanjutnya fungsi koperasi tertuang dalam pasal 4 UU No. 25 Tahun 1992 tentang perkoperasian, yaitu
a.       Membangun dan mengembangkan potensi dan kemampuan ekonomi anggota pada khususnya dan masyarakat pada umumnya untuk meningkatkan kesejahteraan ekonomi dan sosialnya.
b.      Berperan serta aktif dalam upaya mempertinggi kualitas kehidupan manusia dan masyarakat.
c.       Memperkokoh perekonomian rakyat sebagai dasar kekuatan dan ketahanan perekonomian nasional dengan koperasi sebagai gurunya.
d.      Berusaha untuk mewujudkan dan mengembangkan perekonomian nasional yang merupakan usaha bersama berdasar atas azas kekeluargaan dan demokrasi ekonomi. 
 *~*~*~*~*~*~*

Ini lanjutan yang Uang di postingan sebelumnya. Emang belum lengkap karena ini di kerjain sistem kilat kerja semalam. Maaf-maaf aja.
Selesai juga karena ini tugas kelompok. Akhirnya udah pada balik minggu kemaren ;p



KELOMPOK EKONOMI 8 KELAS 92
Putri Cahya, Sekar Ayu, Jeihan Mozella, sama Zakiyah W.P