Selasa, 22 Januari 2013

Saya Lelah


Seperti apa sebenarnya hidup,
Entah
Saya hanya seorang pelajar, belum genap menginjak masa 17 tahun. Ktp bagi saya masih kartu tanda pelajar, belum menjadi kartu tanda penduduk. Lantas kenapa saya harus mengerti arti hidup.
Arti hidup.
Saya pernah, pernah mencoba untuk berusaha melihat itu semua dari empat kacamata yang berbeda. Menjadi empat orang yang berbeda, sekaligus, tapi tetap diri saya.
Saya menulis itu semua dalam kisah kehidupan empat orang anak remaja, yang dalam masa mereka terperangkap dalam lubang masa kini. Masa yang bukan sekedar sekarang.
Tapi juga menjadi penentu.
Untuk masa depan.
Tapi saya gagal.
Ketika akhirnya cerita itu teronggok dan saya justru menulis semuanya dalam kaca mata. Kaca mata seorang pelajar yang nyasar di dalam lingkaran masa kini.
Sekarang.
Berhenti mungkin cara terbaik
Untuk menyelesaikan masalah
Tapi tidak untuk masa depan

Minggu, 20 Januari 2013

Kamu, Jangan Kembali Lagi


Kadang yang saya ingin,
hanyalah kita di masa lalu

Dan
Kita hilang
untuk selamanya.

Quote Unforgettable


Unforgettable
Winna Efendi
“Seandainya memori seperti kaset yang dapat berulang-ulang diputar kembali.”
“Penyesalan, sama seperti hidup, sama seperti kenangan
 adalah hal yang sangat mengerikan.”
“Kenangan lebih baik tidak dapet disimpan seperti kaset. Lebih baik apa adanya,
mengalir seperti seharusnya.”
“Masa kini berbaur bersama kalimat-kalimat yang mengalir,
mengisi layar laptop kosong dan renungan kesendirian.”
“Rumah adalah tempat yang ditinggali, untuk kembali ditinggalkan.”
“Maka, ia akhirnya berhenti mencari. Berusaha berdamai dengan dirinya sendiri.”
“Pada dasarnya, setiap orang memiliki satu titik jenuh dimana mereka akan bilang–stop, saya butuh waktu. Time out. Break.
“Kita tidak akan pernah benar-benar berhenti mencintai seseorang. Kita hanya belajar untuk hidup tanpa mereka.”
 “Semetara dua orang yang tidak saling mengenal, tetapi terus berjalan ke arah yang sama, pada akhirnya akan bertemu pada satu titik, tanpa mereka sadari.”
“Dan saat itu, lo akan lebih ikhlas menjalani semuanya karena lo udah menerima bahwa kenyataan nggak bisa diubah.”
“Jika kita mampu tersenyum pada memori itu tanpa rasa sesal,
kita telah merelakan seutuhnya.”
“Cinta itu butuh keberanian. Jika kau rasakan peganglah,
peganglah erat-erat karena ia belum tentu akan kembali lagi.”
“Saat kita melakukannya, kita akan tahu jawabannya.”
 “Kita berusaha agar pada masa depan, kita tidak menoleh ke belakang dan melihat bahwa kita telah salah memutuskan.”
“Kita memilih, agar kita dapat menoleh kebelakang,
tersenyum dan terus berjalan maju.”
“Yang mana yang lebih baik –pernah memiliki, lalu kehilangan atau
tidak pernah memiliki sama sekali?”
“Suatu hari nanti, jika saya merindukan kamu,
saya akan megingat kembali masa-masa ini, seperti baru terjadi kemarin.”
“Lelaki itu sering menginterpretasikan rindu, mengartikan nafsu, melampiaskan rasa, mengembangkan suka; ia tidak benar-benar mengerti arti cinta.”
“…, mereka adalah dua orang yang tepat, yang  bertemu pada waktu yang salah.”
“Wanita yang selalu duduk dibalik jendela bening, yang mesti kamu tahu,
tidak sedang menunggu apapun, tetapi akan tetap berada disana.”

Then, my favourite  is…
“Pada akhirnya, prioritas memaksa kita untuk memilih dan berkorban.”