Dan menit-menit pun sudah jengah, membuatnya bermain dengan jam.
Tapi, bahkan hari-hari pun sudah terlalu cepat untuk di jamah, membuatnya sekali lagi menjadi bulatan tahun.
Berlarian dalam waktu. Terjatuh, tersungkur, bangkit, berlari, terhempas, yang pada akhirnya justru menghilang dalam bulatan masa itu.
Asa yang sempat terputus itu kembali lagi. Dalam bentuk yang berbeda. Kata-kata yang sering dipermainkan oleh mereka. Hanya sebuah kata sederhana.
Rasa itu berawal dari pertemanan biasa. Tidak pernah menjadi persahabatan, sama sekali tidak. Tapi, seiring bulan dan matahari masih berganti, aku mulai melangkah lebih jauh dari titik ini.
Tak pernah ada yang tahu, bahkan mengerti.
Karenanya, aku memilih untuk menutup satu dinding kenangan dalam kata-kata. Antara Kau dan Aku. Membiarkan angin mendengarkan dengan seksama. Kisah-kisah tanpa tuannya. Hanya ada sang pujangga.
9 berganti 11.
7 berganti 8.
Dan apa lagi yang bisa menujukkan bahwa waktu sudah kembali terlewatkan? Angka 7 dan 3? Atau Januari ke Desember? 13 berganti 14? Haruskah?
Bahkan, saat dinding-dinding itu mulai merapuh dan membiarkan celah untuk kau masuki, kau justru melemparkan amunisi tak kasat mata.
Jadi, apa aku harus benar-benar hanya mencintai bayangmu? Selamanya?
Jika memang iya, biarkan aku untuk tetap memiliki bayangmu selamanya. Hanya aku, rasa ini, dan bayangmu.
Waw keren loh..
BalasHapusTwo thumbs up, for you =)