Tadi, ada percakapan singkat di atas
kertas yang terjadi diantara dua orang anak manusia dengan zodiak yang sama.
Cancer.
Entah apa yang memulai kami berdua membuka
percakapan kertas kami. Tapi yang jelas kami membahas tentang senyum. Senyum
palsu lebih tepatnya.
Saya sekedar bertanya begini :
Ketika kita tersenyum, bisakan menggunakan
dua simbol :) tapi apa arti dari kedua? senyum?
Dia hanya menulis, satu kata. sedih :'(
Dan kembalikan kami saling pandang sambil
tersenyum pedih. Dia bertanya, dengan suara pelan sembari memainkan ponsel.
"Tadi lo kenapa? Cerita dong."
Saya hanya menulis. Dengan banyak
pertanyaan yang sedari tadi terus memaksa saya untuk segera diselesaikan. Tanpa
jeda, tanpa koma. Semua berakhiran dengan tandatanya yang selalu saja memaksa.
kenapa harus pura-pura senang kalau pada
akhirnya cuma nangis, sedih? kenapa harus pura-pura senyum? kenapa harus sok
tegar?
you know fake smile?
lagi-lagi. semua kembali ke arha yang
sama. Menjadi palsu, menjadi plastik. Ternyata pada akhirnya ornag-orang yang
ada di dekat saya adalah plastik pada dasarnya. Semua pura-pura tersenyum dan
mengumbar tawa dengan sentuhan lembut di akhir tawa mereka, seakan mereka
adalah makhluk paling bahagia seperti yang lain. Sama seperti saya.
Kita tertawa. Berbagi cerita dengana teman
sebaya. Saling tertawa dengan cara yang berbeda, tapi tetap tertawa. Saling
bergandengan dengan tangan yang terbentang lebar.
Namun, ketika kita sudah tiba di depan
pintu kamar. Kosong itu merambat perlahan dalam kesunyian yang tanpa sadar
menjerat. Pelan-pelan menarik dalam ruang-ruang kosong yang tadi terasa begitu
ramai, penuh dengan warna.
Kita kembali menjadi diri sendiri. Dalam
gelap kamar yang menyadarkan, siapa kita pada dasarnya.
Terima kasih
Sekedar duduk
seperti tadi pun
Aku bisa
meluapkan sejenak
Tanpa ada yang
tahu
Percakapan tadi
terjalin dengan dalam